KUANTITAS MATERIAL ORGANIK DAN TIPE MASERAL BATUBARA FORMASI KAMPUNGBARU, DAERAH PERUSDA KOTA BALIKPAPAN
Abstract
Kandungan material organik dan tipe maseral dalam batubara menjadi faktor utama dalam menentukan kualitas serta pemanfaatannya. Formasi Kampungbaru adalah salah satu formasi geologi yang memiliki potensi cadangan batubara yang signifikan di Cekungan Kutai. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data kuantitas material organik dan tipe maseral yang terdapat pada formasi tersebut berdasarkan analisis Total Organic Carbon (TOC) dan petrografi organik. Analisis TOC digunakan untuk menentukan kandungan karbon organik dalam batubara. Sementara itu, analisis petrografi organik dilakukan dengan menggunakan mikroskop untuk mengamati dan mengidentifikasi komponen organik dalam batubara termasuk jenis maseral yang terdiri dari vitrinit, liptinit, dan inertinit. Berdasarkan hasil analisis, nilai TOC batubara pada Formasi Kampungbaru berkisar 6,31–8,13% yang mengindikasikan formasi tersebut berpotensi istimewa membentuk hidrokarbon. Secara mikroskopis, tipe maseral yang terkandung pada sampel batubara didominasi oleh vitrinit 60,7%, liptinit 27,5% dan inertinit 11,8%. Tipe maseral vitrinit yang dominan pada Formasi Kampungbaru mengindikasikan bahwa batubara tersebut terbentuk dari tumbuhan zona tropis yang lembab dan diendapkan pada lingkungan rawa delta. Vitrinit merupakan maseral yang dominan sebagai penyusun kerogen Tipe III yang berasal dari lignin dan selulosa sel kulit tumbuhan. Dominasi vitrinit dan liptinit dalam sampel batubara menunjukkan adanya potensi pembentukan gas dan minyak. Vitrinit cenderung menghasilkan lebih banyak gas, sementara liptinit memiliki potensi untuk menghasilkan minyak. Kandungan vitrinit yang tinggi sering kali dikaitkan dengan kualitas batubara yang lebih baik, karena vitrinit merupakan komponen organik utama yang dapat menghasilkan energi saat batubara dibakar. Oleh karena itu, tingginya persentase vitrinit dalam sampel menandakan potensi untuk menghasilkan batubara dengan nilai kalori yang tinggi.
References
Jamaluddin, Pratikno, F. A., Taslim, A. I., & Kaunang, I. (2025). Karakteristik maseral dan peringkat batubara daerah Balikpapan Selatan berdasarkan analisis petrografi organik. Geosains Kutai Basin, 8(1), 10–15.
Jamaluddin, J., Nugraha, S. T., Maria, M., dan Umar, E. P. (2018). Prediksi Total Organic Carbon (TOC) Menggunakan regresi multilinear dengan pendekatan data well. Jurnal Geocelebes, 2(1),1-5.
Dwiantoro, M., dan Sundoyo (2018). Litotipe, Petrografi, dan Komposisi Kimia Batubara Formasi Pulubalang dan Balikpapan sebagai Data Pendukung Potensi Hidrokarbon, Cekungan Kutai, Kalimantan Timur. Jurnal Teknologi Mineral FT UNMUL, 6(1), 1–10.
Satyana, A. H. (1999). Tectonic Controls on The Hydrocarbon Habitats of The Barito, Kutei, and Tarakan Basins, Eastern Kalimantan, Indonesia: Major Dissimilarities in Adjoining Basins. Journal of Asian Earth Sciences, 17, 99-122.
Permana, A,K., Sendjadja, Y.A., Panggabean, H., dan Fauxely, L., (2018). Depositional Environment and Source Rocks Potential of the Miocene Organic-Rich Sediments, Balikpapan Formation, East Kutai Sub-Basin, Kalimantan. Journal of Geology and Mineral Resources, 9 (3), 171-186.
Jamaluddin, Wagreich, M., dan Xinxuan, X., dan Umar, E.P. (2022). Organic geochemical characterization of Miocene shale in Lower Kutai Basin, East Kalimantan, Indonesia. PANGEO Austria. Leoben.
ICCP (International Committee for Coal Petrology): (1993). International Handbook of Coal Petrography, 3rd Supplement to 2nd Edition. University of Newcastle on Tyne (England).
ICCP (International Committee for Coal Petrology). (1998). The new vitrinite classification (ICCP System 1994). Fuel 77, 349–358.
ICCP (International Committee for Coal Petrology). (2001). The new inertinite classification (ICCP System 1994). Fuel 80, 459–471.
Yuniardi, Y., Muljana, B., dan Rahmat Fakhruddin (2012). Kronostratigrafi Cekungan Kutai Bagian Bawah, Daerh Balikpapan dan Sekitarnya, Propinsi Kalimantan Timur. Bulletin of Scientific Contribution, 10, 42-57.
Horne, J. C., Ferm, J. C., Caruccio, F. T. Baganz, B. dan P. (1978). Depositional Models in Coal Exploration and Mine Planning in Appalachian Region, AAPG Bull, 62(12), 2379–2411.
Cibaj, I., Lambert, B., Ashari, U., Giriansyah, B., Schulbaum, L., Imbert, P., Cordelier, dan Philippe, (2014). Sedimentology and Stratigraphic Stacking Patterns of the Peciko Field Main Zone, Lower Kutei Basin, East Kalimantan, Indonesia. Proceedings Indonesian Petroleum Association 38th Annual Convention and Exhibition, May 2014.
Meyers, P. A. (2003). Applications of organic geochemistry to paleolimnological reconstructions: a summary of examples from the Laurentian Great Lakes. Organic geochemistry, 34 (2), 261- 289.
Jamaluddin, dan Sea, J.G. (2018). Evaluasi Batuan Induk Berdasarkan Data Geokimia Hidrokarbon pada Sumur Prabumulih, Cekungan Sumatra Selatan. Jurnal Geomine, 6(3),109-115.
Jamaluddin, Wagreich, M, Gier S, Schöpfer K, Battu D.P. (2023). Sedimentary Environments and Paleoclimate Control of the Middle Miocene Balikpapan Group, Lower Kutai Basin (Indonesia): Implications for Evaluation of the Hydrocarbon Potential. Minerals. 13(10),1259.
Scott, A.C. (2002). Coal petrology and the origin of coal macerals: a way ahead?. International Journal of Coal Geology, 50, 119-134.
Moore, T.A. and Shearer, J.C. (2003). Peat/coal type and depositional environment-are they related?. International Journal of Coal Geology, 56, 233-252.
Santoso, B. dan Daulay, B. (2005). Type and rank of selected Tertiary Kalimantan coals. Indonesian Mining Journal, 8 (2),1-12.
Diessel, C.F.K. (2010). The stratigraphic distribution of inertinite. International Journal of Coal Geology, 81, 251-268.